
Presiden RI Prabowo Subianto mendukung pernyataan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva yang menginginkan adanya reformasi di tubuh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memberi ruang dan suara terhadap negara pemain baru lainnya di kancah internasional.
“Mengenai reformasi tata kelola internasional, kami mendukung pemikiran Anda bahwa harus ada reformasi bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk meningkatkan suara pemain besar baru lainnya di kancah global,” kata Presiden Prabowo dalam sesi pernyataan pers bersama dengan Presiden Lula da Silva di Istana Kepresidenan Brazil Palácio do Planalto, Brazilia, Brazil, Rabu (9/7).
Presiden Prabowo menilai bahwa Brasil merupakan negara besar dengan ekonomi yang kuat, sehingga sudah seharusnya dapat memainkan peran yang lebih memimpin dan bertanggung jawab di tingkat global.
Menurut Kepala Negara, Indonesia dan Brasil harus menyatukan suara bersama dengan negara-negara lain untuk mendorong terciptanya reformasi PBB sebagai tata kelola pemerintahan dunia.
“Saya pikir kita harus menggabungkan upaya kita, menyatukan suara kita untuk mendorong reformasi ini bersama dengan negara-negara lain seperti India, Afrika Selatan, Mesir, Nigeria, Jerman, Jepang, Meksiko,” kata Prabowo.
Sebelum menutup pernyataannya, Presiden Prabowo menilai pertemuan bilateral Indonesia-Brasil sangat produktif.
Prabowo pun menantikan kunjungan balasan dari Presiden Lula da Silva pada Oktober mendatang di Jakarta.
Adapun dalam pertemuan bilateral itu, Presiden Prabowo didampingi sejumlah menteri dari Kabinet Merah Putih, antara lain Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto, Menteri Perdagangan Budi Santoso, serta Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Nasir.
Sementara itu, Presiden Lula memimpin langsung delegasi Brasil yang terdiri atas lima menteri utama, yakni Menteri Bantuan Pembangunan Sosial dan Pengentasan Kelaparan Welington Dias, Menteri Lingkungan dan Iklim Marina Silva, Menteri Komunikasi Sidonio Palmeira, Sekretaris Jenderal Kepresidenan Marcio Macedo, Menteri Pendidikan Camilo Santana, serta Menteri Pertanian dan Peternakan Carlos Favaro.