Bagi Vespunk, merdeka berarti kembali ke esensi interaksi nyata

Bagi Vespunk, merdeka berarti kembali ke esensi interaksi nyata

Grup musik Vespunk (dahulu Scooterhood) yang dibentuk pada 17 Agustus 2012, memaknai “merdeka” dengan nuansa yang mendalam, termasuk relevansinya di era digital.

Vokalis grup Vespunk Wawah, saat ditemui di ANTARA Heritage Center, Pasar Baru, Kamis, melihat bahwa kebebasan berekspresi sejati tidak lantas berarti bebas bertengkar atau bersuara tanpa arah di media sosial.

“Merdeka itu sebenarnya kan merdeka diri kita sendiri, bukan di panggung viral sama gawai gitu, bertengkar, bebas bersuara,” ujar Wawah.

Sebaliknya, esensi merdeka adalah memanfaatkan kebebasan untuk berbuat baik, saling menolong, dan menciptakan karya yang tidak menimbulkan kegelisahan.

Filosofi ini juga tercermin dari preferensi Vespunk terhadap kreasi yang riil dan natural ketimbang yang dihasilkan AI.

Meski mengakui perkembangan teknologi juga bisa membantu manusia menghasilkan karya yang baik, mereka percaya bahwa sentuhan manusia memberikan “rasa” yang lebih asyik.

Pengalaman pandemi COVID-19 menjadi bukti nyata bagaimana mereka menemukan kembali esensi kebersamaan di luar ketergantungan gawai.

Meskipun grup obrolan di pesan singkat menjadi alat komunikasi vital, esensi “rumah” bagi para pendengar setia dan ruang silaturahmi tetaplah tentang koneksi manusia yang sesungguhnya, bukan sekadar interaksi virtual.

Bagi Vespunk, merdeka adalah tentang menggunakan teknologi secara bijak, tidak membiarkannya mendikte interaksi atau mereduksi kedalaman ekspresi.

Hari kemerdekaan adalah panggilan untuk kembali ke esensi, di mana seni dan hubungan pribadi tetap mesti menjadi prioritas insani.

https://chricstianseifert.net/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*