
Ketua MPR RI Ahmad Muzani mengatakan bahwa Peringatan Hari Konstitusi dan Hari Ulang Tahun Ke-80 MPR RI menjadi pengingat bahwa menjaga konstitusi merupakan tugas kolektif seluruh elemen bangsa.
“Hari Konstitusi yang kita peringati malam ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa tugas menjaga konstitusi adalah tugas kolektif,” kata Muzani saat menyampaikan pidato pada Peringatan Hari Konstitusi dan Hari Ulang Tahun Ke-80 MPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin.
Dia lantas berkata, “Konstitusi bukanlah milik sekelompok orang, melainkan milik semua golongan, milik semua orang, bahkan milik semua anak bangsa.”
Oleh sebab itu, dia menyerukan kepada seluruh rakyat dengan tiap-tiap kewenangan yang dimiliki untuk bersama-sama menjaga konstitusi.
“Mari kita gunakan setiap kewenangan yang kita miliki, baik melalui pengkajian, sosialisasi, maupun perumusan kebijakan, untuk memastikan bahwa konstitusi tetap tegak dan tidak tergoyahkan,” katanya.
Hal tersebut, kata dia, patut dilakukan agar kemerdekaan bangsa tidak hanya sekedar menjadi warisan, tetapi warisan tersebut mencakup pula bangsa yang berdaulat, adil, dan makmur, dengan berlandaskan pada konstitusi yang kokoh.
Dia pun mengingatkan bahwa konstitusi merupakan cerminan dari cita-cita mulia para pendiri bangsa yang menjadi sumber hukum tertinggi.
“Ia adalah wujud nyata dari visi para pendiri bangsa tentang sebuah bangsa yang menjunjung tinggi keadilan sosial, memastikan kemakmuran untuk semua, menjaga persatuan dalam perbedaan, dan memiliki kedaulatan penuh sebagai negara yang merdeka,” tuturnya.
Dia menilai dinamika konstitusi Indonesia sering membawa pada pelajaran berharga dan penuh dilema dalam waktu-waktu yang lalu, sekaligus mencerminkan komitmen pada nilai-nilai perjuangan bangsa dan gagasan-gagasan ideal untuk mewujudkan negara Indonesia yang modern.
“Tetapi di sisi lain, sejarah juga mencatat bahwa perjalanan awal bangsa Indonesia merdeka diwarnai pertentangan antara kepentingan politik dan ideologi yang tak jarang berujung pada konflik di tingkat akar rumput,” ujarnya.
Untuk itu, Muzani mengajak agar segenap bangsa Indonesia tidak boleh lengah dengan godaan untuk mengabaikan konstitusi itu sendiri yang muncul ketika norma-norma luhur konstitusi direduksi hanya menjadi formalisme belaka.
“Ini adalah ancaman nyata. Sikap ini akan menggerogoti sendi-sendi kita sebagai negara, merusak tatanan hukum, dan pada akhirnya menghancurkan cita-cita luhur kita sebagai bangsa. Untuk menghadapi ancaman ini, kita tidak bisa berdiam diri, di sinilah pentingnya makna strategis dari Majelis Permusyawaratan Rakyat,” kata dia.