
Polres Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama Tim Search And Rescue (SAR) gabungan melakukan simulasi penanganan kecelakaan laut di Labuan Bajo, kabupaten setempat, guna meningkatkan kesiapsiagaan dan kerja sama antarpotensi SAR.
“Sehingga, penanganan kecelakaan laut lebih efektif dan efisien,” kata Kepala Satuan (Kasat) Polisi Air dan Udara (Polairud) Polres Manggarai Barat AKP Dimas Yusuf Fadhillah Rahmanto kepada wartawan di Labuan Bajo, Senin.
Ia menambahkan kegiatan simulasi tersebut dilaksanakan karena maraknya kejadian kecelakaan laut di perairan Labuan Bajo. Tercatat sejak bulan Januari-Juli 2025, terdapat lima kejadian kecelakaan laut.
Dalam lima kecelakaan lau tersebut, tercatat sebanyak 27 orang menjadi korban, dengan rincian tanpa cedera sebanyak 23 orang, luka-luka tiga orang dan satu orang meninggal dunia.
“Kejadian kecelakaan laut laut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti cuaca, kelalaian manusia dan faktor lainnya,” ujarnya.
Melalui kesiapan Tim SAR gabungan dalam penanganan kecelakaan laut diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan wisata bahari di Labuan Bajo, terlebih Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super prioritas yang ramai dikunjungi oleh wisatawan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan dalam kegiatan simulasi dilakukan demonstrasi beberapa kejadian kecelakaan laut, salah satunya orang terjatuh ke laut.
Dalam simulasi orang jatuh ke perairan laut, lanjut dia, bermula saat adanya broadcast atau komunikasi tentang adanya informasi orang yang jatuh ke laut. Setelah mendapatkan koordinatnya, Tim SAR gabungan langsung menuju ke tempat kejadian perkara (TKP) menggunakan kapal.
“Simulasi ini diskenariokan wisatawan yang terjatuh dari kapal pinisi saat berwisata di perairan Labuan Bajo dan begitu menerima informasi itu, Tim SAR langsung mengerahkan armada laut menuju lokasi kejadian untuk melaksanakan evakuasi hingga akhirnya berhasil menyelamatkan korban,” ungkapnya.
Ia menambahkan dalam demonstrasi tersebut juga diskenariokan adanya orang yang terjatuh di sekitar pelabuhan dan di tengah perairan laut.
Untuk di sekitar pelabuhan, kata dia, dipraktikkan bagaimana cara penyelamatan menggunakan life buoy atau pelampung penolong yang ada di dermaga maupun ponton.
Sementara penyelamatan di tengah laut melibatkan Tim SAR gabungan dan juga tenaga kesehatan pelabuhan yang bersiap di kapal maupun speedboat.
Selain kemampuan SAR laut, personel gabungan juga diberikan pemahaman dan keterampilan dasar mengenai evakuasi medis. Ia menjelaskan dengan penanganan pertama yang baik dan benar, korban akan terselamatkan.
Adapun materi evakuasi medis yang diberikan, di antaranya pertolongan pertama dan anatomi, penilaian dan pemeriksaan korban, pemindahan korban, penanganan korban cedera dan luka, resusitasi jantung paru hingga terapi oksigen.
“Ini adalah salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh Tim SAR dari semua ilmu rescue, yakni pertolongan pertama (medical first responder), sebelum korban dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan,” katanya.