
Proses Identifikasi Korban Ponpes Al Khoziny Kesulitan karena Sebagian Besar Masih Anak-anak
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut proses Disaster Victim Identification) (DVI) korban runtuhnya Musala Ponpes Al Khoziny menghadapi kendala karena sebagian besar, masih berusia anak-anak dan remaja sehingga belum memiliki KTP atau dokumen identitas resmi.
Kepala BNPB Suharyanto mengatakan, tim identifikasi banyak berpatokan pada data sekunder seperti ijazah, catatan sidik jari dari dokumen pendidikan, hingga pakaian terakhir yang dikenakan korban.
“Untuk mengatasi keterbatasan ini, solusi lain yang dilakukan adalah pengumpulan data antemortem dari keluarga, seperti ciri fisik khusus, tanda lahir, kondisi gigi, atau rekam kesehatan yang pernah dimiliki,” ujarnya, Sabtu (4/10/2025).
Tim juga menggunakan metode pencocokan forensik, termasuk pemeriksaan DNA apabila diperlukan, untuk memastikan akurasi identitas. Dengan pendekatan ini, proses identifikasi tetap dapat berjalan tanpa memerlukan waktu yang lama, meski menghadapi keterbatasan dokumen kependudukan pada korban.
Selanjutnya, Suharyanto meminta kepada stakeholder terkait untuk membuka posko terpadu sebagai pusat informasi resmi untuk pelaporan dan pengaduan bagi keluarga korban.
Posko ini memfasilitasi keluarga untuk melaporkan anggota yang masih hilang sekaligus memperoleh perkembangan terbaru terkait operasi penyelamatan.